Menariknya Kerajinan Berenuk Cibarusah
Foto: Ragam kerajinan berenuk. |
Nama buah ini
sudah tak asing di masyarakat, namun demikian akan sangat sulit untuk menemukannya.
Buah ini yang pasti akan selalu ada menghiasi perayaan peringatan proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Sebab buah ini kerap dijadikan media permainan dan lomba
Biasanya buah ini dilumuri oli kemudian dibuat lubang dan dimasukan koin uang
recehan. Kemudian para peserta lomba mengambil uang koin yang ada di buah
tersebut dengan menggunakan mulut. Sekarang sudah tahu kan buah apa yang
dimaksud?. Yak, buah berenuk namanya.
Buah berenuk
berwarna hijau, memiliki bau yang pekat, seukuran dengan buah melon. Namun bedanya, buah berenuk ini tidak bisa dikonsumsi. Namun demikian,
dii tangan Dadi Suryadi, buah berenuk ini berhasil diolah menjadi karya
yang mempunyai manfaat dan nilai seni tinggi. Buah berenuk yang memiliki nama
latin Crescentia cujete ia olah menjadi kerajinan berbentuk toples, tas
dan gantungan kunci.
Ditemui News CC
di rumahnya, Perumahan TNI POLRI Cibarusah Jaya Blok C2 Nomor 19 Desa Cibarusah
Jaya Kecamatan Cibarusah Kabupaten Bekasi, Dadi mengatakan bahwa awal mula ia
mulai membuat kerajinan ini berawal dari sebuah pertanyaan dan kegelisahannya
terhadap manfaat buah berenuk. ”Apa iya buah berenuk ini tidak ada manfaatnya,
apa iya Tuhan menciptakan buah berenuk ini tidak ada gunanya,” ujar Dadi
sembari menanyakan jawaban kepada dirinya sendiri.
Berawal dari
pertanyaan tersebut, di tahun 2009, Dadi iseng coba memetik satu buah berenuk,
lalu ia simpan di pelataran rumahnya untuk dikeringkan. ”Saya kaget, setelah
berenuk dibiarkan terkena sinar matahari ternyata mengering dan jadi batok,
akhirnya naluri seni saya langsung jalan dan menjadikan batok berenuk tersebut
jadi toples,” cerita pria berjanggut ini.
Lebih lanjut,
Dadi menjelaskan butuh proses sekitar tiga minggu untuk mengubah buah berenuk
menjadi toples dan bentuk kerajinan lainnya hingga siap pakai. Berenuk yang
diambil dari pohon terlebih dahulu di jemur di bawah sinar matahari selama dua
minggu. Setelah kering, tahap selanjutnya adalah isi buah berenuk dikeluarkan
hingga kosong. Lalu, batok berenuk dihaluskan, dilakukan pengecatan dan dibentuk
beragam motif seperti motif batik, motif tempe. ”Jika musim penghujan tiba,
pengeringan buah berenuk butuh proses yang agak lama.. Saya sudah coba
mengeringkan berenuk menggunakan open, namun ternyata hasilnya tidak masksimal,
harus selalu kering oleh matahari,” cetus Dadi.
Selama menjadi
pengrajin berenuk dari tahun 2009, Dadi mempromosikan kerajinannya dari pameran
ke pameran. Pameran yang pertama diikuti adalah saat program Gubernur Jabar
Saba Lembur di Sukabumi. ”Dalam pameran itu, stok kerajinan berenuk yang saya
bawa laris terjual. Dari situlah saya sering dilibatkan oleh pemerintah dalam
setiap pameran, baik pameran ditingkat kabupaten sampai nasional,” tutur Dadi
kepada Majalah Fokus.
Dadi mengatakan,
pameran adalah sarana yang ia gunakan untuk memperkenalkan produk berenuknya
dan menarik pembeli. ”Alhamdulillah dari pameran-pameran yang saya ikuti
hasilnya selalu positif dan ampuh menarik pembeli. Sampai saat ini saya punya
pelanggan dari luar daerah,” katanya.
Setiap tahun,
kerajinan berenuk ini sudah mengikuti banyak pameran baik yang diselenggarakan
pemerintah maupun swasta. Beberapa pameran yang diikuti rutin adalah pameran
Pekan Raya Bekasi, Jakarta Fair, Pendidikan Expo, Pekan Agrowisata Indonesia
Expo di beberapa kota di Indonesia seperti di Aceh, Pontianak, Bali, Manado dan
Lombok, Pameran UMKM Kementerian Perindustrian dan Perdagangan, serta pameran
lainnya. ”Setelah pameran itu, sampai saat ini saya mempunyai pelanggan tetap,
selalu mengirim ke Bali, Aceh dan minggu kemarin saya baru mengirim ke Lombok,”
ujar Dadi.
Tak hanya itu,
menurut keterangan Pria berjanggut ini, kerajinan berenuknya oleh pelanggan
dinilai unik, dari kualitas bagus dan harga yang terjangkau. Bahkan menurut
Dadi, buah tangan temuannya ini sudah dikirim ke beberapa negara seperti
Australia dan Libanon. ”Selain kualitas bagus tidak akan berjamur dan menarik,
harga kerajinan berenuk saya ini baik itu tas, toples ataupun gantungan kunci
terjangkau oleh kalangan manapun, paling murah dari Rp. 15.000 dan yang paling
mahal Rp. 75.000, hanya beda ukuran saja,” lanjutnya.
Perjalanan usaha
kerajinan Berenuk ini bukan tanpa ada hambatan dan rintangan. Di tahun 2012
Dadi sempat down dan terpuruk karena kebingungan untuk memasarkan produknya. ”Tahun
2012 saya sempat jenuh karena kesulitan memasarkan produk, apa produk saya bisa
diterima masyarakat,” cerita Dadi.
Foto: Dadi saat memperlihatkan Tas Berenuknya. |
Namun, akhirnya
ia berhasil bangkit lagi, untuk pemasaran produk kini mulai menggunakan media
sosial internet dan sarana chatiing bbm. ”Saya mulai memanfaatkan media sosial
yang ada, banyak untungnya dan bikin ngeri juga. Untung karena pesanan ada dan
ngeri saat pesanan membludak namun stok kerajinannya terbatas,” ujarnya.
Untuk mendongkrak
usahanya, Dadi kini memperkejakan 7 orang pegawai dengan 3 orang pegawai tetap.
Selain itu, Dadi juga berharap peran pemerintah untuk mempromosikan dan
mengembangkan usaha produk lokal asli Bekasi ini lebih konkrit. ”Jika usaha
semacam ini didukung total, maka akan menghidupkan perekonomian masyarakat,
mengurangi pengangguran. Apalagi potensi di Bekasi sangat besar, banyak
industri, hotel dan kawasan bisnis lainnya,” harap Dadi.
Tak hanya dari
berenuk saja, kini, usaha kerajinan tangan Dadi Suryadi terus bergeliat. Ia membuat
kerajinan lampu karakter dengan macam-macam tema dan gambar, membuat souvenir
kura-kura kukuyaan, cicak dan celengan bentuk hewan dari batok kelapa. (Red)
semangat terus pa Dadi....salam jenal dari Tangerang
ReplyDelete